Menghitung Hilal 1 Syawal 1443 H (2022 M) dengan Menggunakan Stellarium

Perbedaan penetapan awal ramadan sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Perbedaan penetapan awal ramadan terjadi karena adanya metode dan kriteria yang digunakan juga berbeda. Yang kadang menjadi polemik adalah ketika penetapan ramadan ini berbeda antara dua organisasi massa Islam besar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), dimana NU biasanya akan sama dengan hasil keputusan Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama.

Misalnya untuk penetapan awal ramadan tahun 1443 H atau 2022 M saat ini, terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan Pemerintah. Mungkin sebagai orang awam kita bertanya-tanya kenapa sih kok tidak sama, kan lebih enak kalau sama. Ya itulah ranah keyakinan, jadi kita hormati saja masing-masing keyakinan dengan sikap biasa saja tidak perlu dibesar-besarkan dengan membuat justifikasi kelompok-kelompok tertentu. Dalam pelaksanaan ibadah memang domain keyakinan yang menjadi landasan masing-masing dengan berdasarkan pada dalil yang diyakininya, dan ternyata praktiknya ada banyak perbedaan yang mana hal tersebut tidak perlu dijadikan bahan pemecah belah ukuwah islamiyah.

Semisal pelaksanaan sholat jumat yang setiap pekannya dilakukan juga ada perbedaan, misalnya ada yang azan-nya sekali dan ada yang azan-nya dua kali. Perbedaan ini hal yang lumrah dan tidak perlu dijadikan bahan gorengan pemecah umat.

Kembali kebagian penetapan awal ramadan tahun ini (1443 H), sejatinya tidak masalah dan merupakan hal lumrah. Mungkin terjadi polemik karena biasanya sama kenapa sekarang tidak sama. Ya sangat mungkin karena perbedaan metode dalam menentukan awal bulan, Muhammadiyah menggunakan hisab dengan kriteria wujudul hilal dan NU serta Pemerintah menggunakan metode rukyat dengan standar hilal minimal 3 derajat.

Menurut Baidhowi Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip : Ijtimak(konjungsi) telah terjadi sebelum matahari terbenam (ijtima’ qablal qhurub), dan bulan terbenam setelah matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) bulan saat matahari terbenam. (http://www.ms-aceh.go.id/berita-artikel-galeri/artikel/174-hisab-dan-rukyatul-hilal-oleh-drs-baidhowihbsh--3110.html)

Menurut wujudul hilal, berapapun tinggi hilal yang penting sudah memenuhi dua persyaratan tersebut maka sudah masuk bulan baru, dan inilah yang digunakan oleh Muhammadiyah. Jadi sudah sangat jelas akan berpotensi terjadi perbedaan ketika tinggi hilal hasil perhitungan (hisab) kurang dari 3 derajat.

Untuk tahun ini, berdasarkan hisab yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah, tinggi hilal pada tanggal 1 April 2022 adalah Dua derajat 18 menit 12 detik. Karena tinggi hilal kurang dari 3 derajat maka berpotensi besar terjadi perbedaan, dan saat inilah yang terjadi perbedaan penentuan awal ramadan.

Pada saat tinggi hilal 3 derajat lebih maka potensi perbedaan-nya sangat kecil. Misalnya merujuk hasil hisab Muhammadiyah untuk 1 Syawal tahun ini adalah 4 derajat 50 menit 25 detik.

Berdasarkan hasil hisab yang menunjukkan tinggi hilal diatas 3 derajat, maka penetapan 1 Syawal 1443 H berpotensi kecil terjadi perbedaan sehingga Insha Allah kita akan berlebaran bersama pada tanggal 2 Mei 2022.

Mungkin dari sebagian kita berpikir, bagaimana sih caranya menghitung hilal tersebut?
Dizaman serba modern saat ini, kita dapat memanfaatkan beragam alat bantu untuk melakukan perhitungan tersebut, salah satunya kita dapat memanfaatkan aplikasi Stellarium.

Sebagai orang awam, kita dapat memanfaatkan aplikasi Stellarium untuk melihat simulasi hilal dan juga melihat nilai ketinggian hilal.

Berikut langkah yang perlu dilakukan:
  1. Gunakan Komputer atau Laptop yang memenuhi spesifikasi untuk menginstal Stellarium.
  2. Instal Stellarium, dari web resminya stellarium.org
  3. Buka aplikasi Stellarium, atur lokasi dan tanggal, misal kita tetapkan lokasi di Jakarta Planetarium and Observatory dan tanggal 1 April 2022 pada pukul 17:44:54


  4. Aktifkan deep sky Objects, Planet Labels, dan Azzimuthal Grid. Non Aktifkan Ground dan Atmosphere.


  5. Amati perubahan yang terjadi hingga matahari melewati garis horizontal 0 derajat (ufuk)/matahari tenggelam, kemudian klik pause. Misal kita ambil sampel pada pukul 17:46:37, dimana posisi matahari sudah berada dibawah ufuk (tenggelam)
  6. Kita bisa melihat posisi bulan berada pada garis horizontal 5 derajat, kemudian kita dapat klik bulan dan melihat bahwa ketinggian bulan adalah: 4 derajat 35 menit 41,4 detik.



Atau kita dapat membuat simulasi tenggelamnya matahari dengan mengaktifkan kembali Ground dan Atmosphere dengan mengulangai waktu misal dari pukul 17:45:00

Simulasi dapat dilihat pada vidio berikut:



Selamat menunaikan Ibadah Ramadan 1443 H, semoga mendapatkan keberkahan, rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Dipersilahkan berkomentar pada kolom komentar dibawah ini, jika admin longgar akan ditanggapi.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama